Kenapa China Bukan Salah satu Calon Kemampuan Superpower Dunia
avail-cpa.com – Sepanjang sejumlah dasawarsa paling akhir, dunia sudah melihat kebangunan China sebagai kemampuan global yang signifikan. Kemajuan ekonomi yang fantastis, tehnologi hebat, dan dampak politik yang makin kuat di ajang internasional, semua memperlihatkan kekuatan negara ini untuk memimpin dunia. Banyak riset memprediksi jika era ke-21 bisa menjadi “era China,” mengidentifikasi China sebagai salah satu superpower baru.
Tetapi, realitanya lebih kompleks. China menjadi pemain inti di atas pentas global, tapi untuk menjelaskan jika negara ini ialah salah satu superpower ialah peringkasan berlebihan. Dunia sekarang ini diwarnai oleh dinamika multipolar, di mana sejumlah negara dan teritori menggenggam peranan penting pada ekonomi, geopolitik, dan tehnologi. Disamping itu, beberapa faktor demografi, ekonomi, dan peralihan geopolitik yang lain memperlihatkan jika China mungkin tidak mempunyai kekuasaan absolut sama seperti yang diprediksi banyak orang. Silahkan kita telusuri lebih saat kenapa China bukan salah satu superpower, dan bagaimana dinamika global ini akan mempengaruhi masa datang dunia.
Tidak bisa disangkal jika China sudah alami alih bentuk hebat pada beberapa dasawarsa terakhir. Semenjak zaman reformasi yang diawali di akhir 1970-an di bawah pimpinan Deng Xiaoping, China sudah bergerak cepat dari negara agraris ke salah satunya pusat tehnologi dunia dan manufacturing. Ekonomi China tumbuh secara cepat, dengan rerata perkembangan tahunan yang capai dua digit sepanjang bertahun-tahun.
Tetapi, kesuksesan ini disertai rintangan besar
Menurut artikel di Financial Times, perkembangan China mulai melamban, dan permasalahan intern seperti ketidakadilan ekonomi, hutang public yang lebih tinggi, dan bertambahnya kemelut politik lokal makin mengemuka. Disamping itu, keterikatan China pada export dan mode ekonomi berbasiskan manufacturing sudah jadi kurang efisien bersamaan dengan peralihan global ke arah tehnologi digital dan pengembangan lebih maju.
Tidak itu saja, perkembangan populasi China mulai berhenti, bahkan juga menurun. Sama seperti yang disampaikan oleh Newsweek, demografi China memperlihatkan trend yang mencemaskan, di mana populasi negara ini diprediksi akan alami pengurangan mencolok pada beberapa dasawarsa mendatang. Pengurangan ini khususnya disebabkan karena peraturan satu anak yang diterapkan sepanjang sejumlah dasawarsa dan saat ini berpengaruh besar pada susunan populasi. Tanpa angkatan kerja muda yang cukup buat memberikan dukungan populasi yang menua, kemajuan ekonomi China dapat terganggu. Ini jadi intimidasi berbahaya untuk claim China sebagai kemampuan superpower di periode depan.
Salah satunya argumen khusus kenapa China tidak dapat dipandang seperti salah satu superpower ialah karena kemampuan global yang lain terus berkembang. India, contohnya, sudah ada sebagai kompetitor serius untuk China, khususnya pada sektor populasi dan tehnologi. Menurut South China Morning Post, India sudah meningkatkan ekosistem tehnologi yang kuat dengan timbulnya beragam perusahaan rintisan tehnologi dan pengembangan di bagian kepandaian bikinan (AI), dan manufacturing semikonduktor. Disamping itu, populasi India yang tetap tumbuh dan lebih muda dibanding China memberi keuntungan periode panjang dalam soal tenaga kerja dan daya saing ekonomi.
Amerika Serikat masih tetap jadi kemampuan global yang benar-benar berpengaruh
Walaupun ada rintangan intern seperti polarisasi politik dan ketakstabilan ekonomi, Amerika Serikat tetap pimpin dunia ada dalam pengembangan tehnologi, militer, dan pendidikan. Silicon Valley masih tetap jadi pusat pengembangan tehnologi paling besar di dunia, dan banyak beberapa perusahaan tehnologi paling besar dunia berbasiskan di AS. Supremasi ini memberikan Amerika Serikat keunggulan dalam peningkatan tehnologi masa datang seperti AI, komputasi kuantum, dan energi terbarukan, yang semua bisa menjadi pemasti kemampuan global di periode depan.
Uni Eropa, walaupun kerap dipandang seperti kemampuan ekonomi ke-2 , mempunyai peranan penting pada ajang global. Beberapa negara seperti Jerman dan Prancis terus pimpin pengembangan tehnologi dan peraturan internasional yang proaktif. Uni Eropa sudah jadi pendorong khusus dalam desas-desus lingkungan, peraturan tehnologi, dan hak asasi manusia di atas pentas global, menjadikan kemampuan yang tidak dapat diacuhkan.
Dinamika kemampuan global sekarang ini lebih menggambarkan dunia multipolar, di mana sejumlah negara mainkan peranan kunci dalam desas-desus internasional. Selainnya China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, beberapa negara seperti Rusia, Jepang, dan Korea Selatan mempunyai dampak krusial dalam ekonomi global dan politik. Rusia, walaupun hadapi ancaman dan penekanan internasional, masih tetap jadi kemampuan energi khusus dan militer. Dalam pada itu, Jepang dan Korea Selatan terus pimpin dalam tehnologi tinggi dan pengembangan industri, dan mainkan peranan utama di teritori Asia Timur.
Keterkaitan beberapa negara ini dalam beragam koalisi internasional dan organisasi global memperlihatkan jika China tidak berkekuatan absolut. Dalam beragam rumor global seperti peralihan cuaca, perdagangan internasional, dan keamanan jagat maya, keputusan yang diambil oleh satu negara, termasuk China, kerap kali tergantung pada kesepakatan atau perundingan dengan beberapa negara lain. Koalisi seperti NATO, G7, dan APEC menunjukkan begitu kompleksnya dunia internasional, di mana tidak ada satu negara juga yang dapat memimpin sendirian.